Pada zaman dahulu, sebelum adanya penduduk ada semacam 4 tumpukan pohon kayu. Dalam bahasa Aceh zaman dahulu bertumpuk-tumpuk disebut meujumphoih-jumphoih. Tumpukan yang pertama itu tumpukan pohon bambu yang sekarang disebut sagoe buloh. Tumpukan yang kedua adalah tumpukan pohon kelapa yang sekarang disebut sagoe lampoh u. Tumpukan yang ketiga adalah semak-semak yang dibakar yang sekarang disebut sagoe tutong. Dan tumpukan yang keempat adalah tumpukan pohon asam jawa yang disebut sagoe lampoh mee.
Sedangkan penamaan kemukiman adan diambil dari cerita orang-orang yang membawa pulang balok kayu besar dari pegunungan. Sesampainya di bernuen terjadi banjir, dan kayu-kayu tersebut tenggelam dan hanyut lalu mereka kembali untuk mengambil balok kayu besar dan membawa pulang ke desanya. Kayu tersebut diambil untuk pembuatan masjid. Sesampainya mereka di desa itu tepat pada waktu adzan maghrib. Oleh karena itu kawasan masjid tersebut dinamakan adan.
Karena pemerintahan pada zaman dahulu itu permasjid dan dibawahnya adalah meunasah. Oleh karena itu penamaan desa diambil dari nama meunasah dan nama masjid. Nama meunasah diambil dari kata bertumpuk-tumpuk dalam bahasa Aceh zaman dahulu yaitu meujumphoih-jumphoih.